Karya
tulis non-ilmiah (karangan non Ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya
menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu
formal) sesuai dengan metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis
non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya.
Sifat
Karangan Non-ilmiah
1.
Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang terkadang melampui
kebenaran,
2.
Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
3.
Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta, dan
4.
terkadang Over Claiming. Karya-karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat
dalam bentuk karya-karya seni, seperti : cerpen, novel, puisi, komik, dll.
Macam-macam
Karangan Non-ilmiah
a.
Cerpen.
Suatu
bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
b. Dongeng.
Merupakan
suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita
biasanya mengandung pesan moral.
c. Roman.
Adalah
sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya melukisnya
perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
d.
Novel.
Sebuah
karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
e.
Drama.
Adalah
suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.
Ciri-ciri
Karangan Non-ilmiah
2. Teknis Umum : Informatif, umum, tidak untuk kepentingan pribadi, masalah secara umum, tidak ada ajakan emosional, konkrit, dll.
3. Abstrak normal : Informatif, umum, non teknis, tidak untuk kepentingan pribadi, populer, dll.
4. Spesifik Historis : spesifik, sumber sejarah, bahasa dan susunan formal, dll.
5. Emotif : sedikit informasi, tidak sistematis, dll.
6. Persuasif : cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti, bujukan untuk meyakinkan pembaca, dll.
7.Deskriptif : Informasi sebagian imajinatif dan subyektif, pendapat pribadi, nampaknya dapat dipercaya.
8.Kritik : Tanpa dukungan bukti :tidak memuat informasi spesifik, berprasangka menguntungkan, formal, dll.
“BATU GOLOG”
Pada
jaman dahulu di daerah Padamara dekat Sungai Sawing di Nusa Tenggara Barat
hiduplah sebuah keluarga miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain dan sang suami
bernama Imaq Lembain.
Mata
pencaharian mereka adalah buruh tani. Setiap hari mereka berjalan kedesa desa
menawarkan tenaganya untuk menumbuk padi.
Kalau
Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya menyertai pula. Pada suatu hari,
ia sedang asyik menumbuk padi. Kedua anaknya ditaruhnya diatas sebuah batu
ceper didekat tempat ia bekerja.
Anehnya,
ketika Inaq mulai menumbuk, batu tempat mereka duduk makin lama makin menaik.
Merasa seperti diangkat, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya: “Ibu
batu ini makin tinggi.” Namun sayangnya Inaq Lembain sedang sibuk bekerja.
Dijawabnya, “Anakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbuk.”
Begitulah
yang terjadi secara berulang-ulang. Batu ceper itu makin lama makin meninggi
hingga melebihi pohon kelapa. Kedua anak itu kemudian berteriak sejadi-jadinya.
Namun, Inaq Lembain tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-anak itu
makin lama makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Batu
Golog itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai awan.
Mereka menangis sejadi-jadinya. Baru saat itu Inaq Lembain tersadar, bahwa
kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Golog.
Inaq
Lembain menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar dapat mengambil anaknya.
Syahdan doa itu terjawab. Ia diberi kekuatan gaib. dengan sabuknya ia akan
dapat memenggal Batu Golog itu. Ajaib, dengan menebaskan sabuknya batu itu
terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang
kemudian diberi nama Desa Gembong oleh karena menyebabkan tanah di sana
bergetar. Bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh karena
ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan batu ini. Dan potongan terakhir
jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara gemuruh. Sehingga tempat itu
diberi nama Montong Teker.
Sedangkan
kedua anak itu tidak jatuh ke bumi. Mereka telah berubah menjadi dua ekor
burung. Anak sulung berubah menjadi burung Kekuwo dan adiknya berubah menjadi burung
Kelik. Oleh karena keduanya berasal dari manusia maka kedua burung itu tidak
mampu mengerami telurnya.
Perbedaan Karya Ilmiah dengan Non-ilmiah
Istilah karya
ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang
dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli
bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya
penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya
ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan
yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah
harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual
objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua,
karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan
masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang
teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan
ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik
penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para
ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya
ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang
berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan
tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah.
Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara
karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa,
struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan
bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah
bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata
lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum
daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika
penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi
secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar
meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki
pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan
semi-ilmiah.
Berdasarkan
karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan
di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi,
tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel,
feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah
adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan
naskah drama.
Karya nonilmiah
sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung
fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya
bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
Slametmulyana. 1960. Kaidah Bahasa Indonesia 2. Jakarta.Jambatan.
Moeliono, Anton M. 1982.”Penataran penulisan ilmiah.” Jakarta: Universitas Indonesia.
Halim, Amran. 1983. Pembinaan bangsa Indonesia. Jakarta: Gramedia
http://handinha.wordpress.com/2011/02/27/karya-ilmiah-dan-karya-non-ilmiah/
http://legendakita.wordpress.com/2008/10/29/batu-golog/#more-36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar